ANTERO NEWS – Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah yang dipimpin oleh Dr Ir Gunawan Budiyanto tengah membuat film biopik yang diprediksi menjadi film dengan biaya terbesar di Indonesia.
Film yang direncanakan selesai pada tahun 2024 mendatang ini bertema tentang Ir H Juanda : Pemersatu Laut Indonesia.
Muhammadiyah tak main-main untuk menggarap film tentang salah satu tokoh penting di republik ini yang pernah menjabat sebagai perdana menteri.
“Juanda, siapa yang tidak mengenal nama ini? Setidaknya kita pernah mendengarnya sebagai nama bandar udara, nama jalan di kota-kota besar, nama bendungan besar, bahkan nama taman hutan raya.
Tapi siapa yang mengetahui benar sosoknya? Barangkali tidak banyak yang tahu. Lalu siapakah dan sepenting apakah Djuanda hingga sosoknya terpampang di uang lembaran Rp 50.000? Jangan-jangan kita pun selama ini tidak pernah paham atau sekadar sadar siapa sosok bermata teduh itu?” kata Gunawan, Senin (7/8/2023) siang.
Dalam jumpa pers yang berlangsung di Kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, terkait persiapan pembuatan film Djuanda, Gunawan mengulas, sosok Ir Djuanda, merupakan figur yang sangat penting dan memiliki jasa begitu besar untuk Indonesia.
Banyak masyarakat yang mengetahui Djuanda hanya karena Deklarasi Djuanda atau nama sebuah bandara.
“Dia bukan seorang orator, bukan seorang frontliner, juga bukan politisi, bahkan sama sekali tidak pernah terlibat menjadi anggota dengan partai politik, tapi sebagai sosok pahlawan yang bergiat di belakang layar, ia telah mengemban amanah sebagai menteri sebanyak 17 kali,” ujar dia.
Disokong penuh BCA
Untuk pembiayaan film ini, Muhammadiyah mendapat sokongan dari bank swasta terbesar di Tanah Air yaitu Bank BCA.
Antonius Widodo Mulyono, Direktur BCA, sangat mengapresiasi kerja sama dengan Muhammadiyah untuk mengangkat sosok Djuanda ke layar lebar.
Djuanda menurut BCA, bukan hanya tokoh Muhammadiyah, tetapi juga salah satu founding father terpenting yang kerap dilupakan.
“Beliau, Pak Ir H Djuanda ini memang menteri segala zaman di era Pak Karno. Dia pernah menjadi menteri ini, menteri itu, dan perdana menteri, kalau dihitung-hitung ada 17 kali. Dengan Presiden Soekarno sangat percaya dengan beliau,” tutur Widodo.
Sebagai bank yang tumbuh besar di Indonesia, BCA juga memandang peran Djuanda penting, walaupun jarang diulas seperti sosok dwitunggal Soekarno – Hatta.
“Indonesia tidak bisa seperti hari ini, kalau tidak ada Deklarasi Djuanda, sehingga wilayah laut ini bisa seperti ini sekarang,” ungkapnya.
Selain itu, alasan BCA mau menyokong penuh pendanaan film biopik Djuanda ini dikarenakan ada kemiripan antara Muhammadiyah dan BCA.
“Karena BCA juga memiliki jaringan sebagaimana Muhammadiyah memiliki jaringan. Muhammadiyah juga punya jaringan dari Aceh sampai Papua, dan BCA juga punya jaringan dari Aceh sampai Papua.
Kalau saat ini nasabah kami ada 30 juta lebih, kalau dibedah satu per satu, banyak warga Muhammadiyah,”tutupnya.(ril)
Komentar