oleh

Ibu Negara RI : Membatik Bersama Mendunia

JAKARTA-ANTERO-Batik Nasional Indonesia telah ditetapkan  sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO. Sebagai warisan budaya, batik juga memiliki nilai ekonomi khususnya bagi para pengelola usaha, perajin, dan juga pedagang.

Pelestarian dan perkembangan usaha batik harus menciptakan hasil karya dengan kualitas yang baik serta memiliki ciri khas tiap daerah. Pengembangan usaha batik sebagai home industry memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. 

Memperingati Hari Batik Nasional sekaligus mendukung batik mendunia, Dharma Pertiwi bersama OASE Kabinet Indonesia Maju, Dekranas, dan Yayasan Batik Indonesia (YBI), bekerja sama dengan LaDara menyelenggarakan “Membatik Bersama Mendunia” pada Sabtu, 2 Oktober 2021 di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Event ini dibuka oleh Ibu Negara Republik Indonesia, Hj. Iriana Joko Widodo, selaku Penasehat Dharma Pertiwi, serta sambutan oleh  Nanny Hadi Tjahjanto (Ketua Umum Dharma Pertiwi). Narasumber yang hadir antara lain GKBRay Adipati Paku Alam X (Istri Wakil Gubernur DIY), dan Prof. Dr. Ismunandar (Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO).

Batik Warisan Budaya Adi Luhur diakui UNESCO

Iriana Joko Widodo dalam sambutannya menjelaskan bahwa batik merupakan warisan kekayaan budaya adi luhur yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

“Pengakuan dunia sudah kita dapatkan, tapi tugas kita belum selesai. Kita harus tetap menjaga agar pengakuan batik sebagai warisan budaya bangsa kita diketahui, digemari, dan dicintai oleh seluruh masyarakat dunia.

Karena itu tugas kita bersama untuk terus memperkenalkan dan mengangkat citranya, mematenkan karya-karya batik Indonesia, memberikan brand batik Indonesia dalam setiap lembar karya batik sehingga akan memperjelas kepemilikan atas kreasi batik Indonesia dan semakin tinggi nilainya,” ujar Iriana.

BACA JUGA :  Desa Muncak Kabau area Premanisme OKU Timur ditarget Jadi Desa Bersih Narkoba

Dalam pesanya  Nanny Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa batik telah mendarah daging di masyarakat Indonesia sejak jaman nenek moyang, keragamannya merupakan hasil dari akulturasi beragam budaya yang ada di Indonesia, corak dan motifnya tak pernah sama berdasarkan letak geografis dan kearifan lokal masing-masing wilayah.  

“Setiap gores simbol batik merupakan manifestasi kekayaan budaya yang ada di Indonesia, batik tak hanya dipandang sebagai produk, melainkan juga menyimpan beragam sisi sejarah dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Untuk itu mari kita bersama-sama bergandengan tangan melestarikan dan mejaga hasil karya anak bangsa yang patut kita jaga bersama”, kata Nanny.

Batik Corak Yogya Mewarisi Motif Kerajaan Mataram Islam

Adapun penyampaian wawasan tentang batik Puro Pakualaman oleh GKBRay Adipati Paku Alam yang disampaikan langsung secara virtual. Dalam paparannya GKBRay Adipati Paku Alam mengatakan bahwa Batik Yogya atau yang dikenal sebagai motif atau corak Yogyakarta mewarisi motif kerajaan Mataram Islam.

“Kekhasan tersebut salah satunya terletak pada corak batik berbentuk ragam geometris dan didominasi warna tanah yang cenderung gelap yaitu coklat tua, biru tua, hitam dan putih terang. Ada empat motif utama Batik Klasik Yogyakarta yaitu Parang, Semen, Ceplok, Nitik”, tutur GKBRay Adipati Paku Alam. 

Selain dialog interaktif, rangkaian kegiatan dalam acara Membatik Bersama Mendunia juga menyuguhkan acara fashion show, penyerahan syal batik tulis, Batik Fever (hingga 20 Oktober 2021 di ASHTA DISTRICT 8 dan Marketplace LaDaRa), Pameren Batik Indonesia (hingga 30 Oktober 2021 di Museum Tekstil), dan YBI Peduli Pengrajin.(Rif)

Editor : Anjasmoro.W.A

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *